Minggu, 16 Oktober 2016

Keadilan dan Kedustaan

Ketika tiba senja yang temaram,
ketika tanah yang kering merindukan hujan,
ketika yang lapar merintih kesakitan,
masih adakah kejujuran untuk sebuah keadilan ?.


Selalu saja
orang-orang mencari kebenaran sendiri,
meski menipu itu di dada terasa sakit,
meski dusta itu di mata perih,
mata batin merintih
melihat pencuri dirajam mati,
mata hati menjadi perih
melihat sepak terjang orang mencari rizqi
menikam jantung sendiri,
jantung kebenaran
jantung kesucian
jantung keabadian
tempat sorga digantungkan.

Duhai malang benar nasib keadilan,
dipenggal tangan-tangan kotor berlumur darah,
bangkai keadilan terpuruk di bak sampah,
dibuang ke kali hanyut ke lautan,
ditelan ombak samudra
sirna…
Kelak siapa lagi kan dipenggal,
bumi tiada nafas tiada
kelak arwah keadilan menagih janji
hutang nyawa dibayar nyawa
hutang mati dibayar mati,
sadarlah wahai penguasa,
penguasa para santri para priyayi,
hingga mata kering tak menangis lagi,
sepasang merpati tak mengenal cinta lagi,
kelak kau kan mengerti
janji Allah itu pasti
dan kau tak dapat bersembunyi.

---
Jakarta 11 November 2009 23:52
By Muhammad Saroji - Majalah Sastra
© Copyright - All Rights Reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar