Kamis, 03 November 2016

Khalwat

Ada rinduku datang tiba-tiba,
wahai Kekasihku
tapi kau tak mencintaiku lagi,
mungkinkah ada kau dan aku dalam seia sekata ?


Ku reguk secawan air kehidupan,
asap dupa mengepul menyapa langit,
wahai Kekasihku
mestinya ku sanjung dirimu sepanjang siang sepanjang malam,
tapi tanpa cintamu
apa arti ?


Ku reguk lagi seribu air kehidupan,
tenggorokan haus ini bagai disiram air hujan,
tapi tanpa cinta kasihmu
jiwa ini tetap gersang bukan ?


Wahai Kekasihku,
tiada lagi air kehidupan,
hanya cangkir kosong hampa tersisa,
terbias di dalamnya wajah duka nestapa.


Ini rinduku masih ada,
tapi tiba-tiba menjadi dendam kebencian
cinta itu apa,
di mana kasih dan sayang,
yang bercinta dan berkasih sayang
kehilangan makna !


Malam telah berlalu,
azan subuh mengalun menggema,
Duh, Tuhanku
ternyata aku terjatuh pada sebuah prasangka,
betapa bolak baliknya hati manusia,
ku jemput seruanMu,
melupakan perih dari luka sejenak,
ternyata dalam siksaMu
ku temui keagunganMu.


-- -
Jakarta, 29 Oktober 1995
By Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar