Kamis, 03 November 2016

Siapa Mengira

Siapa mengira,
nikmat kehidupan dalam sekejap bisa berubah menjadi bencana,
berharap perjalanan hidup tanpa rintangan,
tidur diselimuti hamparan sutra,
ditemani para bidadari dalam mimpi indah,
kanan kiri puji dan sanjungan.


Kehidupan itu tak selamanya indah,
kau percaya tidak?
Bahkan anak-anak dan istri tersayang bisa menjadi fitnah !


Kasihan pemuja cinta dusta,
amat menderita para pendosa dan penggila dunia,
kekerdilan itu jangan disembah-sembah,
mengkhianati amanat itu amat durhaka !


(aku terdiam sejenak, mengapa aku ngomel-ngomel....)
Biarkan langkah kaki mencari jalannya,
seperti burung-burung membelah angkasa, indah dan alamiah.
Jangan jadikan jiwamu bagaikan burung dalam sangkar, terbelenggu dan terjajah.


Di tengah kegersangan padang pasir,
siapa sangka bayangan mata air itu ternyata hanya fatamorgana,
jiwa-jiwa garang makin kehausan,
burung-burung bangkai berteriak lantang,
mentertawakan tangisan sedu sedan,
kembang kamboja luruh di tepi nisan,
di sana ada kehidupan, menantikan kematian mengetuk pintunya,
karena di sana ada amal yang harus dipertanggungjawabkan,
kematian itu nyata,
seperti kehidupan ini nyata.


- - -
Bantar Gebang - Bekasi, 15 Mei 2009
By Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar