Senin, 17 Oktober 2016

Aku Masih Ingat

Aku masih ingat ketika dulu melihatmu,
kau agung dan kau perkasa,
memandang matamu bagai menatap matahari,
tapi sinar matamu bagai cahaya bulan.


Berjuta orang memuja-muja,
beratus negara membungkukkan kepala,
wahyu itu wahyu nusantara,
kau memimpin negeri kaya bagaikan raja.


Bagiku kau bagaikan malaikat,
kulitmu tak tersentuh kecuali oleh golongan ningrat,
pakaian kebesaranmu harum semerbak
meski kau berorasi tentang kemelaratan dan kebodohan,
aku risih merindukanmu
untuk duduk sederajat dan sebangku denganku,
aku malu begitu malu
kau puncak segala kekuasan,
aku puncak segala ketidakberdayaan.


Matahari selalu terbenam di sebelah barat,
tempat ka'bah dimana aku berkiblat,
amanat kekuasaan kau genggam hingga senja,
dimana malam gelap sebentar lagi kan menjelang,
Tapi ternyata kau tidur terlena,
sejarah emas dulu kau ukirkan
kini berbalut sampul darah dan air mata,
beribu orang dulu kau perjuangkan,
beribu orang kini menghujat.


Tapi aku tetap risih merindukanmu,
bangku dan kursimu jauh berbeda,
dan aku malu sungguh malu,
kau puncak segala kekuasaan,
dan hukum tak berani menjamah,
itu satu suara dulu aku titipkan,
sekedar menunjukkan aku warga negara yang taat,
itu satu juta harapan aku impikan,
ternyata keadilan dan kemakmuran hanya hayalan belaka.


Kau laksana raja,
engkaulah seorang panglima,
tapi aku tidak tahu menyebutmu apa
karena dari ujung kaki hingga ujung kepala
penuh dengan gelar tanda jasa,
beribu gelar kau sandang,
beribu penghargaan kau genggam,
ini negeri milik siapa,
kau bilang, ini negeriku,
rakyat bilang ini negeri kami,
Nelson Mandela bilang itu negerimu.


Aku tidak punya negeri,
karena aku tidak dapat membagi,
aku masih ingat kyaiku saat mengaji,
segala puji milik Allah
yang memiliki dan mengatur seluruh alam semesta,
kekuasaanmu hanyalah titipan,
bahkan menjadi cobaan…


Tapi aku masih ingat
kau bertindak luar biasa,
menggenggam negeri ini dengan tangan perkasa,
dengan pengorbanan darah dan nyawa,
tapi semoga kau ingat,
bahwa semua itu kelak di pertanggungjawabkan
di hadapan negeri sendiri dan di hadapan AIIAH SWT

--
Ditulis di Pemalang 12 Desember 1998.
Diterbitkan pertama kali pada tanggal
29 Oktober 2009 13:02
- - -
By Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar