Entah apa yang terjadi,
gemuruh di dada ini makin menjadi,
bukan mimpi
bukan ilusi,
badan panas terik
lelah dan sunyi.
Ku pandangi Rembulan Purnama
berkabut tirai jelaga malam,
mendung kelabu menenggelamkan purnama,
di mana kedamaian berada,
seperti raja bertahta di singgasana, lenyap.
ke mana kelelawar kepakkan sayapnya,
mencengkram hati, pudar perkasa.
Bumiku, jiwaku,
catatlah perjalanan ini
seperti kau mengukir sekuntum mawar di lembaran hati,
biarkan cemburu sang bintang maharani,
biarkan seperti bengawan kering merindukan gerimis.
gerimislah air mataku,
air mata bening laksana embun.
Bumiku, jiwaku,
bernyanyilah untuk asa kecil ini,
asa yang terbuang dari kekejaman kasih sayang,
duh,
bukankah telah terjatuh ke jurang serpihan kecil itu,
serpihan batu kaca tempat bercermin cinta ?
di jurang itu tak ada yang dapat ku lakukan,
selain hanya meramahinya,
membiarkannya,
meninggalkannya…
duh,
asa kecil ini,
terpinggirkan
dalam sunyi…
---
Ditulis di Tangerang, 31 Maret 2011 17:52
By Muhammad Saroji - Majalah Sastra
© Copyright - All Rights Reserved
Kamis, 01 September 2016
Catatan Kecil Sang Narapidana : Malam Ini Aku Ingin Sendiri
Baca Juga :
Di Puncak Tebing
Nurani Ini Bicara
Sutra Putih
Jangan Menjadi Pecundang
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (2)
Kemelut dalam Sepi
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (4)
Kisah Tiga Insan
Cinta Dari Balik Bilik
Catatan Kecil Sang Narapidana : Pink
Surat Kecil Buat Jack
Catatan Kecil Sang Narapidana : Kematian
Matahariku
Hay Play Boy
Pertemuan
Apa Salahku Padamu
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (5)
Bunga Putih -2
Puisi Gus Mus
Ketika Aku Merasa Berdosa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar