Jakarta,
kupandangi ujung kotamu, bias
pesawat naik turun membelah angkasa,
angin senja membisik telinga
dengan sentuhan dingin dan telanjang,
duh,
aku di sini untuk apa ?
Di seberang sana seseorang berseru : hatimu terbelah!
Ku tanyakan, terbelah karena apa ?
Dia diam
membisu seribu bahasa.
Jakarta,
senja makin pekat menjemput jelaga malam,
pesawat masih turun naik membelah angkasa,
bergantian,
aku merenungi ucapannya sambil tengadahkan tangan,
……
Tuhanku,
telah cukup hamba terpidana,
telah lelah jari merangkai kata,
telah runtuh kerinduan maya,
telah sirna bagai daun kering berguguran,
inilah kelelahanku
inilah keluhanku,
tak sesuatupun yang aku cinta,
selain DiriMu…
---
Ditulisdi Batu Ceper - Tangerang, 24 Maret 2011
By Muhammad Saroji - Majalah Sastra
© Copyright - All Rights Reserved
Tidak ada komentar:
Posting Komentar