Jakarta
di penghujung malammu
kau merengkuhiku dalam dinginmu,
sepanjang hari hujan gerimis,
sepanjang hari tubuh menggigil,
sepanjang hari merenungi,
telah benarkah langkah kaki ini,
berjalan tertatih-tatih
menapaki ukiran nasib yang mungkin menjadi sejarah,
menjadi kenangan.
Hidup,
gelora ini tak pernah lapuk
hanya lelah sedikit
menghela nafas lirih
menghayati dan menikmati apapun kejadian hari ini
untuk kemudian berjalan kembali.
Melati,
mekarlah bunga sekuntum,
kelak harummu ku cium,
sebagai hiasan indah di malam pengantin,
dari perjalanan sejarah yang tak pernah kumiliki.
Mahligai cinta,
bukankah telah sempurna kasih sayang ini ?
Bukankah tak pernah lelah perjuangan ini ?
Bukankah tak pernah bersuara keresahan ini ?
Bahkan tak pernah menitik air mata ini ?
Bukankah ini cinta sejati?
sehidup semati?
seia sekata
seiring seperjalanan
suka duka
bersama?
Cinta,
kefakiran
biarlah itu cerita,
Jakarta
dingin ini aku menghayatinya
akan berguguran kelopak bunga flamboyan
akan mengering ranting-ranting di dahan
akan berhembus angin perlahan,
menyempurnakan biruku
membuka suara kalbuku.
Rabu, 14 Oktober 2015
Catatan Kecil Sang Narapidana : Dari Bilik Kalbu
Baca Juga :
Catatan Kecil Sang Narapidana : Kematian
Muhasabah Diri
Bunga Putih -2
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (1)
Apa Salahku Padamu
Small Note The Prisoners: War, Is This What You Want?
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (2)
Small Note The Prisoners : in Travel Agency
Nurani Ini Bicara
Keadilan Untuk Semua Bangsa
Catatan Kecil Sang Narapidana : Inikah Perang ?
Kisah Tiga Insan
Surat Kecil Buat Jack
Sutra Putih (2)
Perjalanan Mencari Jalan (1)
Sehelai Rambut Cinta
Catatan Hamka
Astaghfirullah
Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
You
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar