Sebuah puisi untuk Barack Obama
Negeriku,
permata dan jiwaku
melambai tanganku untuk hijau alammu.
Negeriku,
angin dingin menderukan rindu,
penguin dan burung camar menari di atas salju,
akankah seperti ini kedamaian kalbu
menjunjung tinggi-tinggi bendera agar negeri tetap satu.
Negeriku,
bukanlah aku tuhanmu,
bukan pula aku tuanmu,
di seberang sana anak-anak kecil menjerit,
di tepi laut para pejuang meratap perih,
tiap detik menjemput maut,
sesekali memuntahkan mimpi,
benarkah telah musnah keharuman hidup ini ?
Negeriku,
lumuran darah menjadi tinta kelam sejarah
kejayaan berkumandang dari tangan-tangan berdebu,
telah benarkah perjalanan kehidupan,
bukan kutukan...?
bukan karma...?
Negeriku,
inilah aku
memandang jauh pada awan yang kelabu
jari jemari menghitung kekuasaan ini,
telah berkurang sedikit demi sedikit
aku sangka rakyatku seluruh bumi,
tidak !
sebentar lagi aku tak berdaya lagi
sebentar lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar