Jumat, 21 Oktober 2016

Cinta Yang Berdebu




Senja itu langit kelam,
pekik burung elang menyapa lengang,
angin dingin berhembus perlahan,
menyentuh daun-daun kering berguguran.


Tuhan,
ku bawa kemana cinta ini di hari menjemput malam,
tubuh kaku menggigil kedinginan,
berbaring pasrah di akar pohon akasia,
muka berdebu jalang menengadah,
ke langit kelabu adakah bulan bintang,
hanya pekik burung elang menyapa lengang,
angin dingin berhembus makin kencang,
menyentuh ranting-ranting kering berjatuhan.


Tuhan,
adakah di hati ini keberkahan kehidupan,
sepanjang jalan tangan menengadah,
hamba menghiba, mengharap dalam keputusasaan,
adakah setitik saja
ketulusan sebuah cinta,
di saat hamba tak berdaya,
di saat hamba tak berpunya,
di saat segalanya bagai rumput kering di padang gersang.


Tuhan,
Mata ini makin liar memandang ke segala penjuru arah,
hanya ada pekik burung elang menyapa lengang,
angin dingin berhembus makin kencang,
menyentuh hasrat cintaku yang makin dalam,


Tuhan,
izinkan hamba bersimpuh,
bersujud di kehadiratMu,
mengusap luka yang perih,
menterjemahkan kerinduan yang agung.

- - -
Ditulis di Gunung Putri - Bogor, 2 November 1996
Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar