Angin kemarau di purnama ke tujuh,
menyapa garing di mukaku yang tandus.
Aku terdiam,
lolongan anjing-anjing lapar memecah kesunyian,
mengoyak ulu hatiku
yang menggigil kedinginan.
Aku ingin berlari,
seperti berlari kencangnya kucing karena ketakutan.
Tapi tak satupun tangan membukakan pintu,
ah,
ini ketakutan buat apa?
Tujuh purnama telah berlalu,
mengiringi kemarau yang masih berkepanjangan,
langkah kaki-ku lelah-lah sudah,
menggapai cintamu,
menyatukan puing hati yang berserak,
di antara kebencian dan rasa rindu.
Aku masih gentar,
seperti remuk redamnya hati menahan titik air mata,
namun masih saja menahan amarah,
seperti lolong anjing di malam gelap itu.
Tujuh purnama telah berlalu,
aku duduk bersimpuh,
di tepi jalan,
diam,
berdoa,
mengusir lelah,
menghibur hati yang luka.
Lolongan anjing semakin dekat,
memekakan telinga,
seakan hendak mengoyak kulit dan tulang,
(seseorang menjamah tubuhku,
.......bangun sayang,
adzan subuh telah berkumandang......
Astaghfirullah,
keringat dingin bercucuran)
--
© Copyright - All Rights Reserved
Sabtu, 25 April 2015
Lolong
Baca Juga :
Sehelai Rambut Cinta
Small Note The Prisoners : in Travel Agency
Pengertian Tabarruk
Bunga Putih
Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
Catatan Kecil Sang Narapidana : Di Sini
Matahariku
Sutra Putih (2)
Galeri Alumnus UNIAT Jakarta Tahun 1991-1998
Cinta Dari Balik Bilik
Catatan Kecil Sang Narapidana : Renungan Untuk Negeriku
Ketika Aku Merasa Berdosa
Small Note The Prisoners : Here
Muhasabah Diri
Surat Kecil Buat Jack
Hay Play Boy
Sutra Putih
Kamu
Aku Bukan Siapa - Siapa
Beberapa Fakta Tentang Presiden Suriah Bashar Al Assaad
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar