Dingin,
menikmati bekumu di malam ini
hari menjelang pagi
ketika tak juga pandangan ini menjemput mimpi
telah kalahkah tadi siang ?
Telah pasrahkan jiwa pecundang ?
Telah berdarahkan kulit pembungkus tulang ?
Di penghujung malam ini
ketika rembulan dan angin ditelan sepi
embun menitik membasahi bumi ini
bumi jiwa ini
bumi kelana ini,
sungguh ! Berjalan-jalan itu pasti
melangkah tertatih-tatih
kekiri ke kanan, menorehkan sejarah
tentang kehidupan yang tak pasti.
Tuhan,
jangan biarkan aku tersesat di puncak kegersangan ini !
Kaki berdarah tergores kerikil-kerikil kecil.
Tuhan,
jangan biarkan hati menangis merintih-rintih
menanti kedamaian, rindu tiada jawab.
Tuhan,
kekarkan badan ini
hari mungkin masih panjang
kabulkan keinginan ini
karena di sana jiwa terluka mendamba kasih sayang.
Untuk Kasih Sayangku, amiin
---
26 November 2010 00:00
By Muhammad Saroji - Majalah Sastra
© Copyright - All Rights Reserved
Jumat, 02 September 2016
Puisi Embun Pagi
Baca Juga :
Astaghfirullah
Aku Bukan Siapa - Siapa
Nyanyian Sumbang
Puisi Untuk Nina
Surat Kecil Buat Jack
Hay Play Boy
Apa Salahku Padamu
Ketika Aku Merasa Berdosa
Kisah Tiga Insan
Menangis
Bunga Putih -2
Bunga Putih
Catatan Hamka
Menikah Sampai Senja
Puisi Gus Mus
Matahariku
Sehelai Rambut Cinta
Muhasabah Diri
Pertemuan
Sutra Putih (2)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar