Pagi itu cerah sekali
ketika aku baru turun dari musholla sehabis melaksanakan sholat subuh.
Embun-embun di pucuk daun menetes di pangkuan bumi yang lembab,
mengiringi semburat kemerahan mentari pagi.
Kudengar kicauan burung prenjak, burung kesukaan anakku yang kini kian
tumbuh dewasa.
Selama ini
semoga aku tak pernah menyesal
membiarkan anak-anakku bermain
membiarkan mereka mengekspresikan kebahagiaan sebagai anak ndeso
yang jauh dari kemegahan kota metropolitan, jauh dari cumbu rayu
perang, jauh dari politik adu domba para politisi.
Aku biarkan mereka bermain bersama teman-teman mencari jangkrik,
memancing dan mandi di kali, di iringi suara burung-burung, desir
angin gunung yang semilir, ku biarkan mereka mengeja bahasa alam, alam
yang masih perawan, bersama kupu-kupu mengarungi keindahan semesta.
Anakku,
bernyanyilah di negeri yang jauh dari perang
tentang damai dan kehidupan
jangan biarkan prenjak terbang sendirian
karena kehilangan kekasih tersayang.
Janganlah kau menjadi pdmbunuh
meski hanya seekor burung yang kecil
karena kecil itu amat berarti
karena kita juga makhluk yang kecil
dan terasing.
Anakku
bukankah kau tahu
mentari datang untuk menyinari
dan malam datang untuk engkau sukuri
adakah hari ini engkau mengerti
harapan orang tuamu setelah engkau besar nanti
jangan berputus asa
jangan menyerah
karena dunia itu
tak selebar telapak tangan.
9 November 2009 11.47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar