Sembilan kali musim hujan,
keteguhanmu menyirami cintaku,
sembilan kali musim kemarau,
rindumu bersemi hanya untukku,
lama sekali menatahkan bait rindu,
lama sekali menunggu,
lama sekali berharapan,
lama sekali tiada jawaban,
lama sekali tetap setia.
Bahasamu adalah kalbu, diam dan cemburu,
ceritamu adalah pandangan, kasih sayang dan air mata,
kerinduanmu adalah lamunan, pujian dan untaian kembang.
Sembilan kali musim hujan,
sembilan kali musim kemarau,
tapi jawabku hanya diam membisu,
diam dingin bagai karang batu,
bersandarkah aku pada yang lain ?
Ya !
Berpalingkah aku pada yang lain ?
Ya !
Tapi kalbu ini tak pernah berpaling,
tak pernah berkeping- keping.
Kasih,
cintamu memang abadi,
tapi aku tak dapat meridhoi,
hatimu memang suci
tapi aku tak terkendali,
kau bagai maha dewi,
bagaikan bintang maharani
bagai bulan purnama,
kembang melati.
Kasih,
kau memang suci
menangisi hati berpaling ini,
tapi kau tak kan pernah mengerti,
kisah ini terbawa mati
karena sesungguhnya aku tak berpaling,
tak pernah berkeping-keping....
© Copyright - All Rights Reserved
Tidak ada komentar:
Posting Komentar