Senin, 12 Desember 2016

Bejana Cinta


Ku pandangi wajah orang-orang,
berlalu lalang menunggu senja tiba,
angin semilir mengibarkan kesejukan,
menunggu peraduan malam bagi jasad-jasad lelah,
rindu bertumpuk mengisahkan seribu hayalan dan impian,
tak menyadari usia tinggal setitik,
menjelang kematian.


Orang-orang itu,
di antaranya adalah aku juga,
mengeja sisa kesempatan
menekuni waktu detik demi detik,
menjawab pertanyaan hidup,
atau berpaling melarikan diri meninggalkan kenyataan pahit.


Di penghujung malam,
dalam sujud hanya bisa pasrah dan berdoa,
semoga cucuran keringat tadi siang,
menjelma menjadi bejana-bejana cinta,
darinya mengalirkan kasih sayang,
menyuburkan kehidupan yang layu,
memekarkan kuncup berkembang,
wangi dan indah.


Ku pandangi lagi wajah orang-orang,
yang tertidur terlelap dibaluti mimpi,
wajah-wajah lelah
yang tak pernah putus asa,
adalah wajahku juga,
karena aku berkaca pada cermin,
yang bercerita tentang guratan wajah yang semakin tua.


Cerminku berbicara tak dusta,
matahariku terbit kembali memberi terang,
bejana cintaku
doa dan harapan…

- - -
Bantar Gebang - Bekasi 13 Mei 2009
By Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar