Senin, 12 Desember 2016

Hamba Bertanya


Senja itu puncak Gunung Putri diselimuti kabut tipis, angin semilir
bertiup dari timur, cakrawala di langit barat semburatkan sinar merah
jingga.

Ku nantikan purnama yang keperakan, malam ini ingin benar ku beri
kesaksian tentang keindahan panorama, tentang keagungan semesta alam,
tentang jiwa-jiwa pengembara, tentang perasaan hati yang selalu
gelisah.


Duh Tuhanku, tapi gerimis datang, kilat menyambar, alam bergoncang,
aku berlari ketakutan, aku takut ini kutukan, aku belum mau mati
sia-sia !


Duh Tuhanku, tapi jalanan basah oleh air hujan, kaki tersandung batu,
aku jatuh bergulingan, pelipisku berdarah. Tapi sakit perih masih bisa
ku tahan !


Duh Tuhanku, kemarahankah ?
mengerikan !, mengapa malam ini mesti hujan sehingga tubuhku basah
kuyup dan menggigil kedinginan, demam dan kesakitan. Tenyata malam ini
tak seindah yang ku duga, tenyata malam ini
lebih indah dari yang ku bayangkan, dalam ketakutan dan
ketidakberdayaan Kau ingatkan aku agar tak congkak dan gegabah.


Duh Tuhanku, hamba jadi bertanya-tanya, begitu njlimetkah kehidupan
manusia?, demi keinginan dan kemegahan manusia rela menyeberangi
lautan, membelah gunung dan merambah belantara.


Duh Tuhanku, apakah hamba ini berdosa bertanya ini dan itu pada siapa
saja? Ayah bundaku telah mengajarkan kata-kata, kini kepadaMu berharap
agar dapat hamba mengeja alam semesta. Jangan Kau penjarakan hati
hamba
begitu ruwet melihat orang-orang pintar tapi tak dapat membedakan
halal dan haram, yang agung dan jahiliyah.


Duh Tuhanku, gerimis masih berkepanjangan,
perkenankan raga lelah ini melepas penat dan bersujud di pembaringan.
Hamba ingin jiwa ini suci kembali seperti dulu dilahirkan ayah dan
bunda.


Duh Tuhan, inilah jiwa dan ragaku, ku pasrahkan semuanya.


- - -
Gunung Putri - Bogor
20 Oktober 1995
By Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar