Jumat, 14 Oktober 2016

Nyanyian Debu

Jakarta,
kenapa aku begitu marah,
membara !


Indah,
bukankah matahari ini indah,
meski redup terhalang mendung ?


Kemana,
ku singkirkan kerikil-kerikil berdebu ?
menunggu aku marah ?
Menunggu aku tak sabar lagi menghitung waktu ?
Menunggu hujan menggantikan embun ?


Tidak !
Katamu dari jauh,
Tidak !
Kataku juga meraihmu,
menamparmu,
memperkosamu
membunuhmu,
tapi jalan sepi memanjang
menghilangkan tepi,
mengiris kaki
menapaki duri !


Tidak ! Katamu lagi,
bangkit berdiri
mencampak mati
siapa peduli air mata ini,
siapa menguliti tirai nurani ini,
jangan biarkan nafas hanya gumpalan asa sia-sia,
rintihkan dosa bergelimangan,
ini hidup nyata
ini kematian nyata.

---
15 Februari 2010 22:24
By Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar