Minggu, 16 Oktober 2016

Kebahagiaan, Demi Siapakah?




Jakarta,

ketika mata hampir terlelap,

ketika hujan baru saja reda,

aku masih juga menunggu rembulan sebesar mayang,

menunggu sinar keperakan semburatkan keindahan cakrawala.



Jakarta,

ketika itu aku bimbang,

pertemuan dua jiwa

mestinya mengalunkan dendang keindahan,

merengkuh damai dan kebahagiaan,

seperti curah hujan

membasahi bumi yang gersang,

tapi tidak

jiwa dan jiwa saling curiga,

kata dan kalimat meluncur menikam

pedih merusak kebahagiaan.



Jakarta,

ketika kebahagiaan itu mesti diperjuangkan

dengan tetesan keringat dan air mata,

toh tidak cukup !

Seperti ada panggilan dan bersumpah

untuk memerah darah hingga tetes penghabisan

hingga aku ragu

kebahagiaan itu untuk siapa,

kebahagiaan itu milik siapa.



Jakarta,

yang memisahkan Ibunda dari kasih sayang,

yang berkata ini hidup dan kehidupan

ganas dan mencekam.



Jakarta,

di puncak gedung ini aku bertanya,

kebahagiaan,

demi siapakah ?


---
15 Desember 2009 00:35
By Muhammad Saroji - Majalah Sastra
© Copyright - All Rights Reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar