Kamis, 20 Oktober 2016

Cinta Dalam Bayang-Bayang




Sialan,
bayang-bayangmu menggodaku sepanjang siang sepanjang malam
menari-nari di pelupuk mata
membuat kepala pusing
pandangan kabur menatap kemana-mana


Ku seduh secangkir kopi
asap mengepul merayap di langit,
bayangmu masih menari-nari,
mengingatkanku kau kemarin mengejekku
di sekolahan mendapat nilai empat.


Ku reguk secangkir kopi,
seakan arwah di jazad ini melayang di langit tinggi, mencumbui
putri-putri bidadari,
terbang bersama burung-burung,
dan dalam sekejap aku terjatuh,
seakan terbangun dari mimpi,
tapi aku sadar kembali
sisa dayaku meraih bibir meja,
menggapai secangkir kopi,
…tak tersisa lagi
tinggal bayang wajahmu
tergambar di cangkir itu
duh,
cangkir sialan aku banting
"aku mabuk cinta..!
Mabuk asmara !"
dan pecah berantakan
benar-benar tak berbentuk lagi,
ku ambil saja serpihannya
agar kupercaya bayang wajahmu tiada nampak lagi,
benar !
Tak ku lihat bayangmu yang menari-nari,
benar !
Yang ku lihat bayangku sendiri,
bayangan sedih dan pucat pasi tersadar dari mimpi,


- - -
Ditulis di Jakarta 15 November 1995
Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar