Malam kembali tiba
ada secercah harapan hasratku untuk kembali
di rantau telah lama berjuang,
mengadu nasib membangun harapan di negeri orang.
Malam ini sunyi tanpa bintang gemintang,
sedangkan kerinduanku begitu kokoh bertahta,
ku nyalakan lilin yang tinggal sebatang,
agar remang cahayanya menerangi bilik kamar
yang kian hari rapuh ditelan usia.
Dalam sujudku aku menangis mengeluh,
betapa lelahnya jiwa dan raga,
menikmati hidup yang penuh mimpi,
menghikmati suka duka yang penuh misteri,
pada biru lazuardi
di sanalah mata memandang,
kaki menapak tanah-tanah kering berbatu,
menelusuri padang ilalang,
inilah hidup !
hidupku, ibunda !
Ibunda,
di malam yang gelap sunyi,
kembali aku terkenang
betapa indahnya masa kanak-kanak dulu,
bermain kelereng
mandi di kali di seberang rumah,
kau memanggilku berteriak cemas,
takut anak nakal ini hilang tenggelam
di telan deras air kali yang dalam.
Ibunda,
tentunya pohon mawar dan melati yang dulu kau tanam,
kini telah berbunga
menebarkan aroma wangi,
hingga harumnya memenuhi teras rumah
tempat dulu kita bercengkrama,
di sana kau bercerita tentang kancil yang cerdik,
tentang putri cinderela yang ayu rupawan.
Ibunda,
tentunya kau juga rindu padaku,
jangan lagi kau cemaskan aku,
esok lusa aku pasti pulang,
doakan aku, ibunda
kemenangan pasti ku jelang.
- - -
Ditulis di Jakarta 29 Oktober 1995
Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved
Tidak ada komentar:
Posting Komentar