20 Juli 2010 23:24
Aku memandangi kemegahan kota yang basah diguyur air hujan,
aku memandangi wajah-wajah tua yang hampir menyerah dihimpit kerasnya zaman,
aku memandangi keresahan yang lelah ditaburi bintang-bintang,
benarkah sanjungan itu kemuliaan?
benarkah telah sirna lentera itu dari malam?
Ku dengarkan sayup suara adzan di kesunyian,
duh para pengelana bilakah menghentikan langkahnya,
bersembah sujud mensyukuri karunia di badan,
badan ini berapa lama di perjalanan,
meniti hari sepanjang siang dan malam menjemput impian,
bilakah tasbih dan tahmid fasih di lisan
menyentuh kalbu di ambang kegersangan.
Ini kisah bukanlah seperti kembang yang harum mewangi,
kemudian layu dibuang di comberan,
ini kisah badan di perjalanan,
meniti hari sepanjang siang dan malam,
menyibak tirai usia di kegelapan,
menghitung entah tinggal berapa sisa usia,
menghitung apakah amal ini seperti tulang berserakan dari sisa anjing
liar yang ditinggalkan,
ataukah seperti mutiara yang cemerlang bercahaya,
Tuhan,
hambaMu menanti jawaban.
---
Ditulis Di Jakarta, 20 Juli 2010 23:24
By Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved
Sabtu, 03 September 2016
Badan di Perjalanan
Baca Juga :
Sutra Putih (2)
Bunga Putih -2
Kisah Tiga Insan
Ketika Aku Merasa Berdosa
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (5)
Matahariku
Perjalanan Mencari Jalan (1)
Andai Engkau Milikku
Bunga Putih
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (1)
Apa Salahku Padamu
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (6)
Nyanyian Sumbang
Pertemuan
Hay Play Boy
Cinta Dalam Perjalanan
Catatan Hamka
Sutra Putih
Sehelai Rambut Cinta
Astaghfirullah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar