Sudahlah kang......,
jangan kau cabik-cabik hatiku dengan janji-janji manis tapi palsu,
pertahankan kesucianmu,
langkahmu masih panjang,
tapi pasti.
Sudahlah kang......,
kau adalah pejuang,
tapi tak lebih dari pecundang,
pertahankan kehormatanmu,
berkata tidak adalah sekali,
jangan kau ulangi menjadi tidak TIDAK.
Kang........
Kau tau bukan kelemahanku,
diam dan menangis...?,
bukan !
Itu kelebihanku,
itu-pun kau terdiam dalam cengkraman amarahku,
aku menjerit, berdiri dan berlari,
tak sudi menatap kecengenganmu.
Sudahlah kang......,
hidup bukan mimpi,
tapi perjuangan,
kematian adalah pasti,
bukan hayalan.
Kau tau bukan, Kang......?
Keluhanku bukan jeritan nelangsa,
bukan pula hendak mengutuk membabi buta,
tapi memang kedustaanmu itu tak berharga,
tak bermanfaat kekuasaanmu bagi sesama.
Tanahku tempat berpijak ini Kang,
kering bagaikan padang pasir yang gersang,
kau tau bukan di tempat ini dulu berceceran darah para syuhada?
Kau pasti lelah Kang,
atau merasa bimbang ada yang hendak menusukmu dari belakang,
ah, kau malah ngawur kang,
ketawa ketiwi gak karuan.
Sudahlah kang......,
hari menjelang senja,
toh tak berguna kau dengarkan keluh kesah,
lebih baik kau tidur dengan tenang,
diiringi alunan dawai biola,
dan nyanyian sepasang mata bola,
kau adalah pejuang,
meski tak lebih dari seorang pecundang,
tataplah ke depan,
masa depanmu suram.
Oh ya Kang,
meski kau cabik-cabik hatiku dengan janji-janji manis tapi palsu,
tapi kau adalah orang yang paling aku sayang...... :-D :-D :-D :-D
*Keterangan gambar : Gambar diambil dari google.com
By Muhammad Saroji
29 Apr 2016 03:30:03 +0800
Majalah Sastra
© Copyright - All rights reserved
Tidak ada komentar:
Posting Komentar