Selasa, 18 Oktober 2016

Ketika Aku MenjemputMu

Ketika aku menjemputMu,
ada seberkas kerinduan yang mendalam padaMu,
seakan Kau ruh yang bersemayam dalam jiwaku,
sukma yang memberi kehangatan dalam setiap langkah kakiku.


Tapi ketika Kau datang aku menangis,
tidak seperti dulu aku sambut dengan tertawa riang,
tawa itu kini mahal harganya,
semahal orang berfikir bagaimana mendapatkan sesuap makanan,
tapi ternyata tangis ini menjadi begitu indah,
karena bersamaMu aku mengerti kehidupan,
kehidupan yang dulu pernah diinjak-injak,
disia-siakan,
dan dicampakkan bagai sampah tak berguna,
citraMu adalah cahaya kesucian,
memberi aku penerang di gelapnya kehidupan.


Kau datang padaku di saat negeri ini luluh lantak,
di saat tanah ini bersimbah darah dan air mata,
di negeri ini banyak orang mengeluh dan berputus asa,
pada saat kemarau kebakaran di mana-mana,
dan pada saat hujan banjir dimana-mana,
negeri ini dulu pernah dipuja-puja,
disucikan dan dimuliakan,
tiada bangsa lain akan menghina,
kini negeriku menangis perih,
ditikam dipancung anak sendiri,
di manakah akhlak budi pekerti,
bersembunyikah dibalik ketiak reformasi…?

- - -
Ditulis di Jakarta pada 11-12 Desember 1998.
Diterbitkan pertama kali pada 26 Oktober 2009 21:28 di
http://muhammadsaroji.wordpress.com dengan judul "MENJEMPUTMU".
- - -
By Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar