Jumat, 21 Oktober 2016

Di Balik Awan




Sepercik darah bidadari
membangunkanku dari mimpi,
aku menangis,
inilah merah darahmu
yang kemarin aku lukai
sakit perih.


Di puncak batu gunung ku cari matahari,
hanya mendung memenuhi lazuardi,
sebilah belatiku menancap di bumi,
engkau tahu aku bukan seorang pemberani,
apalagi sekedar membunuh diri,
di balik awan bersembunyi gerimis,
langit yang mendung seakan menangis,
hujan pun turun membasahi bumi,
tangis bidadari meratap tiada henti.


….peperangan telah tiba !
Bidadari berteriak lantang sekali,
aku menangis,
mengapa masih juga kau hitungi mimpi-mimpi,
ingatlah cinta kasihku
bagai samudra tak pernah bertepi,
bagai sungai yang selalu mengalir,
meski aku bukan seorang pemberani…



- - -
Ditulis di Jakarta, 27 November 1995
Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar