Senin, 05 September 2016

Jakarta - Jakarta

Siang itu langit cerah,
tapi debu polusi membuatnya pucat
Jakarta,
apakah harus begini selamanya,
kemacetan, kesemrawutan, kekerasan,
kekalutan, kemiskinan…


Jakarta,
andaikan seseorang bermimpi engkau adalah surga,
di sanalah puncak segala keadilan
di sanalah tak ada yatim menitikkan air mata,
tak ada penggusuran membabi buta
tak ada tuna wisma tidur di emperan,
tak ada pengamen memeras di bis kota
bahkan tak ada sumpah serapah para demonstran di bundaran hotel indonesia.


Jakarta,
memang siapa yang menciptakan keadilan ?
Dengar dan lihatlah
andaikan seseorang bermimpi engkau adalah surga,
tengadahkanlah muka
langitmu suram,
bukankah kejujuran mudah diperjualbelikan ?
Bukankah tempat tinggalku di istana hanyalah bayangan ?
Bayangan kekhawatiran
bayangan kendurhakaan
bayangan diri sendiri ditikam dari belakang…


Jakarta,
bukankah aku selalu merindukanmu,
dalam gelap dan genangan air mata,
agar dari bilik kamarmu
memancar sinar kearifan dan kedamaian,
yang memancar ke segala penjuru kota,
agar segenap jiwa berjiwa sujud dan bersyukur,
karena kita bukan siapa-siapa,
merangkak pun tak bisa,
berbicara lantang pun tak kuasa,
tanpa kehendak Allah SWT.

---
30 Mei 2010 22:08
By Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar