Di kamar tidur ini aku terbaring lesu, melepas lelah karena kerja
seharian, sambil menatap poster wanita cantik yang terpajang di
dinding. Agaknya wanita dalam poster itu adalah seorang model yang
sangat cantik namun aku lupa entah siapa namanya. Aku membayangkan
andai istriku seperti dia, mungkin hatiku sungguh bahagia.
Tapi aku tak ingin membiarkan angan-angan ini mengganggu fikiranku. Ku
buang angan-angan itu menjauh, karena menuruti keinginan hawa nafsu
adalah bagaikan menenggak air laut, makin diminum akan terasa semakin
haus. Bukankah selama ini istriku adalah belahan jiwaku yang paling
setia? Bukankah dari rahimnya telah keluar anak-anak yang menjadi
permata di jiwa ? Bukankah dari air matanya telah menitikkan
harapan-harapan yang mulia ? Bukankah dari kasih sayangnya telah
terpancar mahligai-mahligai kebahagiaan ?
Itulah kesetiaan cinta sejati seorang istri, yang selalu sabar
menunggu suami kan kembali.
Di kamar ini, kupandangi lagi poster wanita cantik yang terpajang di
dinding. Aku gelisah, tak merindukannya, tapi dia ada di arah
kiblatku, tempat aku duduk bersujud dan bertafakur.
Tuhanku,
tak sebanding hayalan-hayalan itu dengan kesetiaan istriku.
Bukankah tak pantas sebuah pengkhianatan ? Bukankah amat hina kedurhakaan ?
Tuhanku,
dalam kelelahan ini, jadikan cinta ini suci. Dalam kerinduan ini,
jadikan luka ini bukan perih. KaruniaMu, terbait di dinding kalbu.
CintaMu, lebih agung dari yang ku mau, seberapa pantas aku membalas
cintaMU…
Senin, 05 September 2016
Cinta Ini, Seberapa Pantas
Baca Juga :
Cinta Dari Balik Bilik
Cinta Tak Selamanya Indah
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (4)
Biarkan Cinta Mengajak Bicara
Nyanyian Sumbang
Sebrengsek Apapun Cinta Ini
Cinta Yang Berdebu
Di Puncak Tebing
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (1)
Catatan Hamka
Fatamorgana
Wajah - Wajah Cinta
Kemelut dalam Sepi
Bunga Cinta
Wajah-Wajah Cinta
Cinta Tak Selamanya Indah
Surat Kecil Buat Jack
Apa Salahku Padamu
Cinta Dalam Perjalanan
Mata Hati Cinta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar