Selasa, 23 Agustus 2016

Negeri Hayalan




Empat puluh hari telah berlalu
sejak kematian bundamu di singgasana istana itu
bayang-bayang keagungannya masih terbayang di pelupuk matamu
seakan dia bersemayam dan memberi petuah kepadamu
agar kau teguh dan kuat menghadapi tantangan pembaharuan itu


Tapi kini kau menangis pedih
anak berpaling saudara berpaling
bunga melati telah terlanjur runtuh
bunga kesayangan tiada lagi

Di lapangan monas itu terhampar salju membeku
seperti dinginnya warga ibu kota yang merintih pilu
negeri tercinta hancur luluh
diterpa hujan badai yang bergemuruh

Di sepanjang bukit duri rakyat berbaris
berjalan beriring bagai bunga semanggi
bukan menantikan sanak kerabat yang belum kembali
mereka menantikan uluran sesuap nasi
yang menjadi korban biarlah tak pernah kembali
yang telah hilang biarlah tak dikenang
ini negeri mengapa hancur binasa
seperti dulu di jaman kakek nenek dijajah belanda

Negeri ini tak pernah dijajah siapa-siapa
kalau kita tak menjajah iman sendiri
negeri ini tak kan hancur binasa
kalau kita tidak pernah menyombongkan diri sendiri
tapi negeri ini terlanjur remuk redam
membangunnya lagi tak semudah seperti membalikkan telapak tangan

Jakarta 18 Maret 1996

(Catatan : 40 hari setelah ini dalam sejarah Indonesia diperingati
sebagai hari meninggalnya Ibu Tin Suharto yang meninggal pada tanggal
28 April 1996)

Diterbitkan pertama kali di muhammadsaroji.wordpress.com pada
2009/05/06 - By Saroji - © Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar