Hari menjelang senja
ketika kaki ini melangkah perlahan,
menelusuri jalan setapak,
menuruni tebing di antara bukit terjal.
Kabut dingin,
hampir membuat diri ini berputus asa.
menitik embun tipis di pelupuk mata,
bercerita tentang kerinduan,
tentang syahdu sedu sedan,
betapa tangis ini berjelaga
mendamba kasih sebening telaga,
entah ratapan ini hendaklah tersampaikan
pada ujung kesunyian di pekatnya malam.
Padamu wahai jiwa yang pernah membuatku bahagia,
padamu wahai sukma yang pernah membuatku tertawa riang,
ketika senandungmu berbalut petikan harpa tua,
kaulah cintaku,
karena kaulah kekuatanku
kaulah Maharaniku
karena kaulah sandaranku.
Tapi malam telah berganti fajar,
ketika lantunan ayat suci bergema berkumandang,
ketika kaki ini menyentuh bibir lautan,
ku sesali mengapa daya begitu lemah
begitu letih mengarung angkasa kehidupan.
Andai camar tua tak memberi kabar
tentang lelaki perkasa pengarung samudra,
tentu kan ku biarkan sampan ini di tiang dermaga,
untuk kemudian berpaling kembali,
meninggalkanmu sendiri……,
sendiri...
17 Oktober 2011 21:57
By Saroji
© Copyright - All rights reserved
Tidak ada komentar:
Posting Komentar