Pekan ini Aku pulang Kang, meski tak penuh kantongku,
tapi cukuplah untuk setoranku
aku kangen thole Kang,
sebak dadaku menahan himpitan kuasa dan angkaramu tak mampu membendung
rasa kangenku pada buah hatiku.
O, iya Kang,
ada sebuah hadiah juga untukmu, tapi masih ku rahasiakan darimu,
hanya Tuhan yang tahu, karena aku telah mengadukan perihal hadiahku kepadaNya.
Tak usah menjemputku di stasiun seperti biasanya ya Kang, aku mau
menikmati perjalanan sendirian saja, karena nanti aku tak kan bisa
menikmatinya.
Ini suratku untuk suamiku tersayang, minggu lalu, suami yang telah
menikahiku dengan mahar sekeping uang ratusan sisa kalah judi domino.
Tak apalah, yang penting syaratnya sudah terpenuhi, itu kata suamiku.
Malam ini, saat semua terlelap tertidur, bayangan suamiku tergambar
jelas di langit-langit kamar pengap ini.
Tubuh tegapnya berlumuran darah !!
Pisau dapur seharga Rp 3500, menancap di punggungnya!!
Ah, suamiku sayang, kini kaupun mati terjengkang!!, Siapa suruh kau
setiap saat membuatku melacurkan diri ? Siapa suruh kau menyandera
buah hatiku demi menuntut uang setoran dariku yang kau pergunakan
untuk judi domino dan tidur dengan pelacur !!
Tuhan, bolehkah aku mengucap Alhamdulillah atas tercapainya hajat
membunuh suamiku tersayang ??
18 Mei 2011 12:00
By Muhammad Saroji
Majalah Sastra
© Copyright - All rights reserved
Senin, 29 Agustus 2016
Catatan Kecil Sang Narapidana : Tuhan, Bolehkah ?
Baca Juga :
Puisi Gus Mus
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (6)
Bunga Putih
Pertemuan
Matahariku
Apa Salahku Padamu
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (2)
Hay Play Boy
Nurani Ini Bicara
Subuh
Catatan Kecil Sang Narapidana : Padamu Tuhan
Perjalanan Mencari Jalan (1)
Sutra Putih
Catatan Kecil Sang Narapidana : Nyanyian Di Tepi Laut
Catatan Kecil Sang Narapidana : Pink
Perjalanan Mencari Jalan (2)
Nyanyian Sumbang
Muhasabah Diri
Kisah Tiga Insan
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (4)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar