Sahabatku,
Malam ini Purnama timbul tenggelam, bersembunyi di balik tirai malam.
Sahabatku,
indah bukan bila kita bersahabat dan bersaudara,
tapi selama ini kita tak pernah bertatap muka,
berjabat apalagi bercengkrama,
toh kita telah hadir dalam do'a
dalam harapan
dalam jiwa yang tak pernah bersetubuh
apalagi bercinta.
Inilah penjara,
akulah narapidana,
terkurung dalam kepalsuan diri
bercumbu dalam ratapan kata,
lirih, hampir tanpa makna
menitikan bulir air mata
kering ditelan padang pasir.
Sahabatku,
telah berakhir penantian,
telah meluap rindu bak bengawan
kering kerontang.
Bukankah tatapan mata langit meruntuhkan daun kering berguguran?
Kulitku
mataku
kakiku
menjamah flamboyan, merah,
mengingatkanku ketika kau katakan
…akulah cintamu,
akulah hidupmu
akulah matimu
akulah surgamu.
Sahabatku,
penantian telah berakhir
pada saat purnama kan bergulir,
bukan aku cintamu
bukan untukku hidupmu
bukan untukku matimu
bukan untukku surgamu…,
---
Batu Ceper - Tangerang 19 maret 2011 - 01:34
By Muhammad Saroji - Majalah Sastra
© Copyright - All Rights Reserved
Rabu, 31 Agustus 2016
Catatan Kecil Sang Narapidana : Hati Penyair Kepada Sahabatnya
Baca Juga :
Hay Play Boy
Catatan Kecil Sang Narapidana : Hati Penyair Kepada Kekasihnya
Nurani Ini Bicara
Apa Salahku Padamu
Muhasabah Diri
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (4)
Aku Bukan Siapa - Siapa
Matahariku
Surat Kecil Buat Jack
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (6)
Catatan Hamka
Jangan Menjadi Pecundang
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (2)
Catatan Kecil Sang Narapidana : Padamu Tuhan
Nyanyian Sumbang
Cinta Dari Balik Bilik
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (3)
Puisi Gus Mus
Kisah Tiga Insan
Kisah Perjalanan Sang Pertapa Tua (1)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar