Minggu, 24 Mei 2015

Patah Arang

Sungguh aku ingin bangkit dan beranjak pergi,
meninggalkan kegersangan ini,
kekacauan ini.


Telah tercampak cinta,
terbuang ke semak-semak,
di sela rumput liar aku menengadah,
kemanakah gerangan orang-orang yang berorasi demi kasih dan sayang ?


Sungguh,
tak pernah terjual suara ini,
sungguh perjalanan ini aku tak mengerti,
sungguh kekacauan ini siapa peduli,
siapa peduli diri merana ini ?


Apakah menanti seorang anak kecil dari puncak tebing,
bertirai daun, menengadahkan tangan,
mengetuk pintu penghulu langit,
memohon ampunan seribu dosa hatiku jelata,
sungguh Nuh pun mengembangkan layar bahtera,
meninggalkan negeri para durjana,
hingga puncak tebingpun hanyalah lautan belaka.


Duh, dimanakah cahaya ?
bukankah lentera itu telah membumi di jiwa ?
Lalu mengapa kepastian didustakan ?
Bukankah dalam jiwa telah bersemayam fitrah ?
Lalu mengapa cinta dicampakkan
teronggok di semak belukar,
di antara rumput-rumput liar ?


(Tenang sayangku, kadang cerita sedih itu keluar dari hati orang yang bahagia…)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar