Aku
secarik kertas
rindu dendam
menoreh warna
menyibak cakrawala
melukis cinta
dalam bait alpa.
Betapa kejamnya hati manusia
jiwa ini menjadi saksinya
haruskah hati lemah jadi korban
di antara semua orang yang mengaku pahlawan?
Aku
hanyalah sebait alpa
yang bernyanyi tentang kematian
kematian pangkat
kematian derajat
kematian harta
kematian air mata……
Mencampak kematian hakiki
kematian nurani…..
Betapa berdayanya manusia ini
namun sombong di antara sesama
tapi betapa lemahnya manusia ini
selalu dilanda resah dan gelisah.
Duhai jiwaku yang bergelora
duhai amarahku yang membabi buta
duhai kecewaku yang berkepanjangan,
inilah nurani
kalau hendak engkau terjemahkan..!!
Aku
selalu kecewa dan menyesali diri
lukisan cinta hanya nyata di hamparan kertas
torehan warnanya hanya tipu daya belaka
kesetiaan hanyalah sebait alpa…
Pemalang 29 Juli 2000
--
© Copyright - All Rights Reserved
Minggu, 29 Maret 2015
Sebait Alpa
Baca Juga :
Catatan Kecil Sang Narapidana : Inikah Perang ?
Puisi Gus Mus
Galeri Alumnus UNIAT Jakarta Tahun 1991-1998
Beberapa Fakta Tentang Presiden Suriah Bashar Al Assaad
Catatan Kecil Sang Narapidana : Renungan Untuk Negeriku
Cerita Kematian Sang Lelaki Tua
Ketika Aku Merasa Berdosa
Muhasabah Diri
Halusinasi
Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
Berjuang dan Berdoa
Astaghfirullah
Hay Play Boy
Pertemuan
Pengertian Tabarruk
Biarkan Cinta Berbicara
Catatan Hamka
Tuhan, Beri Aku Cinta
Small Note The Prisoners : Mother
Catatan Kecil Sang Narapidana : Dari Bilik Kalbu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar