Jumat, 27 Februari 2015

Cinta Yang Kering

Berhembus angin menerpa bukit,
pucuk-pucuk pinus berguguran,
lembayung bercampur jelaga di ufuk senja,
temani hari hingga ke ujung temaram,
gelapnya sebuah malam.


Padi dan ilalang mengering,
kegersangan ini pertanda apa.....
kulit ini merinding,
hati juga menggigil,
kemarahan ini pertanda apa.....
karena kau dan aku sama sekali tak ada cinta.


Ah,
kau ini hanya bara api,
setengah mati aku menjagamu agar tak menjadi api,
kau buas,
penuh birahi,
kau penuh darah,
penuh cerita luka,
baiklah ku tinggalkan pergi.


Angin tetap berhembus menerjang bukit,
mengeringkan jerih payah dan air mata,
sebagian harapan telah tertumpah pasrah,
hanya berbekas di hamparan kertas,
tinggal cerita sejarah,
tentang kau dan aku yang lebih baik berpisah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar