Setapak demi setapak aku akan mengukir kenangan indah di sini meski
lahir dari kegelapan perjalanan, meski hanya untuk kebanggaan diri
sendiri, meski hanya beginilah, apa adanya aku mencoba mengeja berdiri
di sini itu untuk apa, karena aku bukanlah seseorang yang sempurna,
aku bukanlah seseorang yang pandai bermain kata-kata, tapi setidaknya
di sini aku punya cita-cita, aku punya impian yang dahulu pernah
timbul tenggelam.
Sungguh !
Kenangan indah itu kadang lahir dari perjalanan yang tak indah,
kedewasaan dan kebijaksanaan itu memancar dari sela-sela pertarungan
keragu-raguan.
Sungguh ! Betapa mahalnya membangun kepercayaan diri, kadang seseorang
membelinya dengan kecurangan dan kelicikan, tapi sungguh mahal jati
diri seseorang, mendapatkannya setelah menempa diri, beribu kali.
Di sinilah aku berdiri
memandang pada alam sekeliling, kadang kelucuan seseorang itu menjadi
pelajaran betapa riangnya menikmati cobaan, padahal aku tak mengerti
di balik kelucuan kadang bersembunyi tangisan yang menyayat, tangis
kerinduan yang tak terobatkan.
Dari sinilah akan terbit kenangan indah, yang akan selalu aku baca,
aku senandungkan, selalu aku teriakkan : bangkit, berdirilah, demi
impian yang hampir menjadi nyata, jangan biarkan terhenti di tengah
jalan, karena kau bukanlah pecundang !
Ya, karena aku bukanlah pecundang, bukan pemimpi, bukan pemalapetaka,
teruslah bergejolak, teruslah berontak, seperti nyanyian burung
prenjak
singkirkan onak, ini hidup
nyata !
---
20 Agustus 2010 22:49
By Muhammad Saroji - Majalah Sastra
© Copyright - All Rights Reserved
Tidak ada komentar:
Posting Komentar