Senin, 05 September 2016

Malu

Sungguh aku ingin bangkit dan beranjak pergi meninggalkan kegelapan ini,
kekacauan ini.


Telah tercampak malu
terbuang ke semak-semak,
di sela rumput liar aku mengaduh,
kemanakah gerangan orang-orang yang berorasi demi kemerdekaan ?.


Sungguh
tak pernah terjual suara ini,
sungguh demokrasi ini aku tak mengerti,
sungguh kekacauan ini siapa peduli,
siapa peduli negeri merana ini ?


Apakah menanti seorang anak kecil dari puncak tebing,
bertirai daun, menengadahkan tangan
mengetuk pintu penghulu langit
memohon ampunan seribu dosa para penguasa hingga rakyat jelata,
sungguh Nuh pun mengembangkan layar bahtera
meninggalkan negeri para durjana
hingga puncak tebingpun hanyalah lautan belaka.


Duh, dimanakah cahaya ?
bukankah lentera itu telah membumi di jiwa ?
Lalu mengapa kebenaran didustakan ?
Bukankah dalam jiwa telah bersemayam fitrah ?
Lalu mengapa malu dinistakan
tercampak di semak belukar
di antara rumput-rumput liar ?

---
29 Mei 2010 06:11
By Muhammad Saroji
- Majalah Sastra - Majalahsastra.com
© Copyright - All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar